iframe>
mixpod: Sayap

Sabtu, 04 Juni 2011

Sayap

Sekumpulan burung dara tampak
berkerumun di depan sarang mereka
di sebuah pohon besar di tepian
hutan. Keluarga besar burung ini
sepertinya sedang bersiap untuk
terbang ke suatu tempat. Wajah-
wajah riang menghias tingkah
mereka.
Hari itu, keluarga besar burung dara
itu memang akan berangkat menuju
ladang jagung yang bersebelahan
dengan hutan tempat mereka
tinggal. Naluri mereka seperti sudah
menjadwalkan kalau hari itu butiran-
butiran jagung lezat akan berserakan
seusai panen petani.
“Ah, sebuah tempat yang begitu
mengasyikkan,” bisik hati seekor
burung dara muda yang juga tak
mau ketinggalan. Dan, mereka pun
mulai mengepak-ngepakkan sayap
masing-masing untuk siap terbang.
Sayangnya, sebatang dahan kering
tiba-tiba terjatuh dan tepat menimpa
si burung dara muda. “Aduh!” teriak
sang burung spontan.
Dahan patah yang terjatuh dari
ketinggian itu tepat menimpa sayap
kanan sang burung. Ia pun merintih
kesakitan.
Semua burung yang lain sudah
terlanjur terbang meninggalkan si
burung dara muda yang masih di
depan sarang. Begitu
bersemangatnya mereka terbang,
hingga lupa kalau salah satu saudara
mereka masih tertinggal di pintu
sarang.
Kini tinggallah si burung dara muda
merintih kesakitan. Beberapa kali ia
mencoba terbang, tapi sayapnya
yang luka masih nyeri untuk
digerakkan. ”Ah, mungkin sayap
kananku patah!” keluh sang burung
masih membayangkan tempat indah
yang mungkin kini sedang dinikmati
saudara-saudaranya.
Dalam kesendirian itu, ia sempat
bergumam, ”Tuhan, kenapa kau
timpakan ketidaknyamanan hanya
buatku seorang. ”
Selama beberapa jam ia menunggu
kepulihan sayapnya agar bisa
terbang. Tiba-tiba, seekor burung
dara menukik tajam dan nyaris
menabrak sarang di mana si burung
muda beristirahat. Ia pun kaget
ketika mendapati salah seorang
saudaranya sudah berada persis di
depannya dengan beberapa luka di
bagian pangkal kaki dan dada.
“Ada apa, saudaraku?” ucap si
burung dara muda sambil memeriksa
luka saudaranya. “Mana yang lain?”
sambungnya.
Dengan tertatih-tatih, saudara
burung itu pun berujar pelan.
” Semuanya tertangkap jebakan
manusia. Hanya aku yang berhasil
kabur, ” ucap sang burung sebelum
akhirnya terkulai.
Saat itu, si burung dara muda pun
tercenung. Ia seolah bingung, apakah
dengan kondisi patah sayapnya itu ia
sedang diberikan ketidaknyamanan
oleh Tuhan, atau sebaliknya.
**
Dalam upaya menggapai cita-cita
hidup, tidak jarang terjadi ‘patah
sayap’ yang dialami sebagian kita.
Bisa berupa gagal karir karena
musibah, putus pendidikan karena
biaya, gagal berjodohan karena
sesuatu hal, dan sebagainya.
Nurani kemanusiaan kita pun seperti
berontak untuk akhirnya
mengatakan, “Tuhan, kenapa Kau
timpakan ketidaknyamanan ini
buatku seorang ?”
Kalau saja ada kemampuan mata
kita untuk melihat ujung perjalanan
waktu yang akan kita alami, kalau
saja kita bisa mengintip dari celah
tirai hikmah hidup yang akan dilalui,
mungkin hati dan lidah kita akan
berujar, ”Terima kasih atas
ketidaknyamanan ini, wahai Yang
Maha Sayang !”

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda